Deep Learning di Sekolah Kita: Yuk Kenalan dengan Cara Baru Belajar ala Pemerintah

Deep Learning di Sekolah Kita: Yuk Kenalan dengan Cara Baru Belajar ala Pemerintah
Kira-kira mulai 2024–2025, kamu mungkin dengar istilah “Deep Learning / Pembelajaran Mendalam” makin sering muncul dari guru, diskusi pendidikan, atau berita pemerintahan. Tapi kira-kira apa sih sebenarnya, dan kenapa pemerintah Indonesia sedang gencar-gencarnya membicarakan ini?

Apa Itu Deep Learning Ala Pendidikan?

Sebelum susah-susah mikir teknisnya, begini gambaran sederhananya:

  • Bukan kurikulum baru. Deep Learning bukan mengganti Kurikulum Merdeka atau Kurikulum 2013.
  • Pendekatan belajar yang lebih dalam: siswa tidak hanya menghafal, tetapi benar-benar memahami materi–kenapa penting, bagaimana terhubung ke kehidupan nyata, dan bisa diaplikasikan. 
  • Ada unsur yang penting: belajar itu bermakna (meaningful), menyenangkan (joyful), dan sadar (mindful).

Jadi bukan cuma “belajar banyak materi,” tapi “belajar yang esensial, bisa dipahami, dan digunakan.”

Kenapa Pemerintah Mau Pakai Deep Learning?

Ada beberapa alasan kenapa Kemendikdasmen mau mengubah gaya belajar sebegitu rupa:

  • Mutu pendidikan perlu ditingkatkan

Angka literasi dan numerasi di Indonesia masih jadi PR besar. Pemerintah berharap dengan pendekatan ini, siswa akan lebih bisa memahami teks, berhitung, berpikir logis, bukan hanya menghafal. 

  • Kesiapan menghadapi masa depan

Dunia berubah cepat: teknologi, tuntutan kerja, cara hidup. Jadi belajar harus adaptif, siswa harus punya kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, kolaborasi, dan menerapkan ilmu, bukan cuma dapat nilai bagus di ulangan. 

  • Pemerataan kualitas

Indonesia luas, kondisi sekolah sangat bervariasi. Deep Learning dianggap bisa membantu agar pelajaran yang relevan dan mendalam bisa dirasakan di sekolah-sekolah di kota maupun di daerah terpencil. 

Bagaimana Penerapan Deep Learning Di Sekolah?

Gak langsung semua sekolah berubah dalam semalam. Pemerintah sudah mulai dengan beberapa langkah nyata:

  • Pilot project / sekolah percontohan

Beberapa sekolah akan menjadi contoh penerapan Deep Learning dulu. Pemerintah melihat bagaimana berjalan, apa kendalanya, lalu menyesuaikan. Targetnya antara tahun 2028–2030 semua sekolah bisa memakai pendekatan ini.

  • Sosialisasi & pelatihan guru

Gak cukup cuma ide di atas kertas. Pemerintah menggelar pelatihan, bekerja sama dengan pihak luar (misalnya Australia & lembaga lainnya) agar guru bisa memahami dan mengajarkan Deep Learning dengan baik.

  • Mengurangi beban materi & fokus pada yg esensial

Materinya “dipilah” agar tidak terlalu banyak dan menyebar. Yang paling penting, yang benar-benar punya nilai bagi siswa dan kehidupan nyata.

  • Menambahkan mata pelajaran pilihan baru

Salah satu inovasi yaitu memperkenalkan Koding & AI sebagai pilihan mapel (mata pelajaran). Ini sebagai cara agar siswa juga siap secara digital dan punya literasi teknologi yang memadai. 

  • Evaluasi berkelanjutan dan jaminan mutu

Pemerintah juga mengatakan akan terus mengevaluasi bagaimana Deep Learning berjalan agar mutu dan dampaknya bisa dipastikan. 

Tantangan & Catatan Penting

Tentu, mengubah cara belajar bukan perkara mudah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

  • Kesiapan guru

Tidak semua guru sudah familiar dengan pendekatan seperti ini. Pelatihan tetap harus digencarkan.

  • Fasilitas dan infrastruktur

Sekolah di daerah terpencil mungkin belum punya akses internet stabil, perangkat digital yang memadai, buku / materi yang cocok.

  • Waktu & budaya belajar

Banyak kebiasaan tradisional (belajar menghafal, fokus ujian) yang perlu berubah — butuh waktu dan dukungan dari orang tua, masyarakat, dan sekolah.

  • Kesamaan persepsi

Semua pemangku kepentingan (guru, kepala sekolah, pemerintah daerah) perlu punya pandangan yang jelas tentang apa itu Deep Learning agar penerapannya konsisten.

Kesimpulan

Deep Learning bukan cuma istilah keren, tapi sebuah upaya nyata membuat belajar di sekolah lebih bermakna, menyenangkan, dan siap pakai untuk masa depan. Dengan pendekatan ini, diharapkan siswa tidak hanya pintar dalam teori, tapi juga bisa berpikir kritis, memahami dunia, dan menerapkan ilmu dalam kehidupan nyata.

Kalau semua berjalan lancar, sekitar tahun 2028–2030, kita bisa lihat Deep Learning sudah jadi “cara normal” belajar di banyak sekolah di Indonesia.

0 Komentar